Saturday, May 17, 2025

Sajian Pedas Kaya Rempah dari Ujung Barat Indonesia yang Bikin Rindu Kampung Halaman

 

    Jika ada satu makanan yang selalu berhasil membangkitkan kenangan akan Aceh, kampung halaman saya, maka itu adalah Mie Aceh. Bukan hanya karena rasanya yang kuat dan kaya akan rempah, tapi juga karena di balik setiap suapan mie, terselip cerita sejarah, budaya, hingga kenangan masa kecil yang tak tergantikan. Bagi saya, Mie Aceh bukan sekadar makanan. Namun ia adalah identitas.


    Mie Aceh berasal dari provinsi paling barat Indonesia, yaitu Aceh Darussalam, yang dikenal dengan sejarah panjangnya sebagai wilayah perdagangan rempah dan pengaruh budaya yang kuat dari India, Arab, dan Tiongkok. Pengaruh ini terlihat jelas dalam sajian Mie Aceh yang penuh bumbu dan aroma menggoda. Konon, Mie Aceh mulai dikenal luas pada awal abad ke-20, seiring dengan berkembangnya kota-kota pelabuhan seperti Banda Aceh dan Sabang. Saat itu, para pedagang dari India dan Arab membawa berbagai jenis rempah yang kemudian diadaptasi ke dalam kuliner lokal, termasuk mie. Uniknya, kata “Mie” sendiri berasal dari bahasa Hokkien (Tiongkok), yang berarti “mi” atau “mie”. Jadi tak heran bila Mie Aceh adalah hasil pertemuan berbagai budaya yang berpadu sempurna di piring makan kita.


    Mie Aceh dikenal dengan rasa pedas dan kaya bumbu. Tidak seperti mie instan atau mie goreng biasa, Mie Aceh menyuguhkan rasa karamelisasi bawang, pedas dari cabai, dan wangi khas rempah seperti jintan, kapulaga, kunyit, dan kayu manis. Setiap warung Mie Aceh punya kekhasannya sendiri, tapi rata-rata menggunakan bumbu dasar yang terdiri dari: Bawang merah dan putih, Cabai merah besar dan rawit, Ketumbar, jintan, dan kapulaga, Kunyit dan jahe, Tomat dan daun bawang, & Kari bubuk (pengaruh India yang sangat terasa).


    Mie Aceh memiliki tiga varian: Mie Aceh Kuah, Mie Aceh Goreng, dan Mie Aceh Basah (rebus tapi kental), makanan ini biasanya disajikan dengan tambahan irisan daging sapi, daging kambing, atau seafood seperti udang dan cumi-cumi. Disertai acar bawang, emping melinjo, dan jeruk nipis sebagai pelengkap, satu porsi Mie Aceh benar-benar terasa seperti pelukan hangat dari dapur rumah. Kalau kamu ingin mencoba memasaknya sendiri di rumah, ini dia resep Mie Aceh versi rumahan yang autentik:

Bahan utama:

250 gram mie kuning tebal
100 gram daging sapi (bisa diganti udang/cumi)
3 siung bawang putih
6 siung bawang merah
5 buah cabai merah keriting
3 buah cabai rawit (sesuaikan tingkat pedas)
1 ruas kunyit
1 ruas jahe
2 butir kapulaga
½ sdt jintan bubuk
½ sdt ketumbar bubuk
½ sdt kari bubuk
2 sdm kecap manis
1 buah tomat
Daun bawang dan kol secukupnya
Garam dan kaldu bubuk
Minyak untuk menumis
Air secukupnya

Cara membuat:

  1. Haluskan semua bumbu (bawang, cabai, jahe, kunyit, kapulaga, ketumbar, jintan).
  2. Tumis bumbu hingga harum, masukkan tomat dan daging, aduk rata.

  3. Tambahkan sedikit air, biarkan daging empuk dan bumbu meresap.

  4. Masukkan mie kuning dan sayuran. Tambahkan kecap manis, garam, dan kaldu bubuk.

  5. Aduk rata sampai mie menyerap bumbu.

  6. Sajikan dengan emping, acar bawang, dan perasan jeruk nipis.

Aroma dapur akan penuh rempah-rempah hangat seperti warung Mie Aceh asli!


    Bicara soal warung legendaris, siapa pun warga Banda Aceh pasti kenal dengan “Mie Razali”, yang terletak di Jalan Panglima Polem, Banda Aceh. Warung ini didirikan pada tahun 1967 oleh almarhum H. Razali, dan menjadi pelopor sajian Mie Aceh di luar rumah-rumah warga.


    Warung ini terkenal karena menggunakan daging kambing muda pilihan dan bumbu yang selalu diracik segar setiap hari. Bahkan hingga kini, Mie Razali tetap menjadi ikon wisata kuliner Aceh dan tidak pernah sepi pengunjung, baik warga lokal maupun wisatawan domestik dan mancanegara. Saya pribadi punya banyak kenangan di warung ini dari traktiran ulang tahun sampai malam-malam begadang bareng teman sambil makan Mie Goreng Kambing yang pedasnya bikin keringat deras.


    Saat ini, warung yang sedang viral dan banyak diperbincangkan di media sosial adalah “Mie Ayah” di Ulee Kareng, Banda Aceh. Tempat ini menyajikan Mie Aceh dengan tampilan lebih modern, tapi tetap setia pada resep tradisional. Bedanya mereka berani menggabungkan Mie Aceh dengan topping kekinian seperti keju leleh, telur setengah matang, dan beef slice ala Korea. Di TikTok, Mie Ayah viral karena penataannya yang fotogenik dan rasanya yang tidak kalah dari warung lama. Banyak food vlogger merekomendasikan tempat ini sebagai “Mie Aceh versi generasi Z”. Tapi jangan salah, bumbunya tetap kental dan otentik. Cocok buat kamu yang baru mau kenalan dengan cita rasa khas Aceh tapi ingin sentuhan modern. Beberapa warung Mie Aceh enak lainnya yang juga layak dicoba:

Mie Aceh Jaly-Jaly (Medan) – terkenal dengan Mie Kepiting Jumbo
Mie Aceh Seulawah (Jakarta) – warung Aceh terkenal di ibukota
Mie Aceh Bang Iwan (Yogyakarta)favorit mahasiswa UGM


    Mie Aceh bukan cuma mie pedas biasa. Di balik aroma dan kepedasannya, tersembunyi cerita sejarah, budaya, dan identitas masyarakat Aceh yang tangguh dan bersahaja. Setiap bumbu di dalamnya adalah saksi bisu kekayaan kuliner Indonesia yang jarang kita rayakan. Beberapa teman saya yang orang Aceh selalu merasa bangga ketika melihat Mie Aceh hadir di berbagai kota. Rasanya seperti rumah yang ikut merantau bersama saya. Dan kalau kamu belum pernah coba, mungkin sekarang saatnya membuka lembaran rasa baru dari ujung barat Indonesia ini.


    Mie Aceh adalah bukti bahwa makanan bisa menjadi jembatan budaya dan kenangan. Dengan rasa rempah yang khas, sejarah yang panjang, dan resep yang mudah dibuat di rumah, tidak heran jika makanan ini tetap dicintai lintas generasi. Jadi, kalau kamu sedang mencari kuliner nusantara yang menggugah selera dan menggoda rasa penasaran, Mie Aceh adalah jawabannya.

No comments:

Post a Comment