Thursday, May 22, 2025

Lingkungan Membentuk Siapa Kita: Kisah Nyata Gaya Hidup yang Berubah Karena Sekitar

May 22, 2025 0 Comments

 



    Kadang kita nggak sadar, seberapa besar pengaruh lingkungan terhadap hidup kita. Bukan cuma soal udara yang kita hirup atau suara bising di sekitar rumah, tapi juga bagaimana kita berpikir, berperilaku, bahkan membentuk gaya hidup dari hari ke hari. Saya pernah tinggal di dua tempat yang sangat berbeda: satu di kota besar yang penuh hiruk-pikuk, satunya lagi di desa kecil yang tenang dan bersih. Dua pengalaman ini membuka mata saya soal bagaimana lingkungan bisa membentuk kebiasaan dan cara hidup saya tanpa saya sadari. Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak kamu merenung dan melihat kembali: apakah gaya hidup yang kamu jalani sekarang terbentuk dari pilihan pribadi, atau hasil dari pengaruh lingkungan di sekitarmu?


1. Lingkungan Fisik: Yang Kita Lihat dan Hirup Setiap Hari

    Ketika tinggal di kota besar, saya terbiasa dengan makanan cepat saji, ritme hidup cepat, dan transportasi online ke mana-mana. Waktu saya pindah ke desa, saya menemukan ritme yang sangat berbeda: orang-orang jalan kaki atau naik sepeda, makanan dari kebun sendiri, dan waktu terasa lebih lambat. Lingkungan fisik seperti kebersihan udara, ketersediaan fasilitas umum, dan akses makanan sehat sangat memengaruhi gaya hidup saya. Di kota, saya jadi lebih sering makan instan karena semuanya serba cepat. Di desa, saya mulai memasak sendiri, makan sayur hasil kebun, dan tubuh terasa lebih bugar. Jadi, kalau kamu merasa hidupmu tidak sehat atau stres, bisa jadi penyebabnya bukan kamu yang malas, tapi lingkunganmu tidak mendukung untuk hidup sehat.


2. Lingkungan Sosial: Teman, Keluarga, dan Komunitas

    Saya punya dua sahabat dekat. Yang satu tinggal di lingkungan yang sangat mendukung gaya hidup sehat: komunitas olahraga, keluarga yang rajin masak, dan tetangga yang aktif nanam sayur. Yang satu lagi hidup di lingkungan yang konsumtif, suka nongkrong di kafe mahal, dan kurang perhatian pada pola makan. Hasilnya? Gaya hidup mereka sangat berbeda. Bukan karena salah satunya lebih niat, tapi karena lingkungan sosial mereka membentuk pola hidup yang sangat kuat.

    Saya sendiri merasa, ketika saya dikelilingi teman-teman yang suka olahraga, saya pun jadi lebih rajin bergerak. Tapi saat saya banyak berkumpul dengan orang-orang yang senang nongkrong malam dan minum kopi manis, saya pun ikut-ikutan tanpa sadar. Lingkungan sosial yang positif bisa jadi motivator terbesar dalam hidup kita.


3. Lingkungan Digital: Dunia Maya yang Nyata Dampaknya

    Zaman sekarang, lingkungan nggak cuma soal tempat fisik. Apa yang kamu lihat di media sosial juga bagian dari lingkungan yang membentuk cara berpikir dan hidupmu. Saya pernah mengikuti banyak akun tentang minimalisme dan gaya hidup ramah lingkungan. Tanpa sadar, saya mulai memilah barang, lebih hemat, dan tidak lagi impulsif saat belanja. Tapi saat saya kembali mengikuti akun-akun belanja dan fashion, godaan belanja online pun kembali datang. Lingkungan digital kita memengaruhi gaya hidup, bahkan tanpa kita keluar rumah. Maka, penting banget untuk menyaring apa yang kita konsumsi secara digital. Akun siapa yang kamu ikuti, Konten seperti apa yang kamu nikmati, Itu semua akan membentuk keputusan dan kebiasaanmu.


4. Dampak Lingkungan terhadap Kesehatan Mental dan Fisik

    Coba kamu bandingkan tinggal di lingkungan bising dan padat vs. tinggal di tempat tenang dan penuh pepohonan. Tanpa disadari, kondisi lingkungan seperti ini berpengaruh langsung pada stres, kualitas tidur, dan kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa akses ke ruang hijau seperti taman, hutan kota, atau bahkan balkon dengan tanaman, bisa menurunkan kadar stres dan meningkatkan mood. Saya sendiri merasakannya. Waktu tinggal di apartemen yang hanya melihat tembok gedung, saya lebih cepat lelah, sering stres, dan jarang olahraga. Tapi setelah pindah ke rumah dengan halaman kecil dan suara burung tiap pagi, saya lebih tenang, lebih sering keluar rumah, dan lebih semangat olahraga. Lingkungan yang sehat = tubuh dan pikiran yang lebih sehat.


5. Gaya Hidup Ramah Lingkungan: Terbentuk Karena Terbiasa

    Dulu saya bukan orang yang peduli dengan isu lingkungan. Tapi setelah saya tinggal di lingkungan yang aktif memilah sampah, tidak menggunakan plastik, dan sering mengadakan kegiatan bersih-bersih, saya mulai terbiasa dan lama-lama sadar bahwa ini penting. Bukan karena saya tiba-tiba berubah, tapi karena lingkungan memberi saya teladan dan kebiasaan baru. Ini yang disebut dengan “power of habit through community.” Gaya hidup ramah lingkungan seperti membawa tumbler, belanja pakai tas kain, hingga mengurangi fast fashion bisa menjadi kebiasaan ketika lingkungan mendukung dan memberi contoh nyata


6. Apakah Kita Bisa Melawan Lingkungan yang Negatif?

    Jawabannya: bisa, tapi butuh usaha ekstra. Kalau kamu tinggal di lingkungan yang tidak mendukung gaya hidup sehat atau positif, kamu perlu menciptakan “lingkungan mini” sendiri. Misalnya:

  • Mengikuti komunitas online yang mendukung gaya hidup sehat
  • Menyusun ruang pribadi yang tenang dan rapi di tengah kekacauan
  • Mencari teman-teman baru yang bisa memberi pengaruh baik

    Saya pernah mencoba ini saat tinggal di kota besar. Saya buat grup WhatsApp kecil dengan teman-teman yang mau belajar hidup sehat. Kami saling berbagi resep, tantangan olahraga, dan motivasi. Dari situ, semangat saya tetap terjaga meski lingkungan sekitar tidak mendukung.


7. Refleksi: Kita Bisa Memilih Lingkungan Kita Sendiri

    Meski kita tidak bisa selalu memilih di mana kita tinggal, kita bisa memilih bagaimana menyikapi lingkungan tersebut. Kita bisa memilih siapa teman-teman terdekat kita, siapa yang kita ikuti di media sosial, dan apa yang kita konsumsi setiap hari. Gaya hidup bukan semata hasil pilihan pribadi, tapi juga refleksi dari apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan setiap hari dari lingkungan.


    Lingkungan, baik fisik, sosial, maupun digital, adalah faktor besar yang membentuk gaya hidup kita. Jika kamu ingin mengubah hidupmu jadi lebih sehat, produktif, atau bahagia lihat dulu lingkunganmu. Apakah lingkunganmu saat ini mendukung perubahan itu? Jika tidak, mulailah menciptakan lingkungan yang kamu butuhkan, walau dari hal-hal kecil. Karena sekali lingkungan berubah, hidupmu juga perlahan akan berubah.


Kalau kamu merasa artikel ini bermanfaat, bagikan ke teman-temanmu dan mulai diskusi kecil: “Sejauh mana lingkungan membentuk kita?” Bisa jadi, perubahan besar dimulai dari obrolan kecil hari ini.

Wednesday, May 21, 2025

Dari Global ke Lokal: Bagaimana Kerja Sama Negara Maju dan Berkembang Menciptakan Peluang Kerja Nyata

May 21, 2025 0 Comments

 


    Di era globalisasi, batas antarnegara tidak lagi menjadi penghalang dalam pertukaran ide, teknologi, dan tenaga kerja. Salah satu isu penting yang menjadi perhatian dunia internasional adalah penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan dan inklusif, terutama di negara-negara berkembang. Menariknya, kerja sama antara negara maju dan negara berkembang telah menjadi kunci dalam upaya ini. Bukan hanya berupa bantuan dana, tetapi juga transfer teknologi, pelatihan tenaga kerja, hingga pembukaan industri baru di kawasan berkembang.


    Sebagai seseorang yang pernah menjadi bagian dari program pelatihan tenaga kerja hasil kerja sama bilateral, saya melihat langsung dampaknya. Kerja sama ini bukan hanya tentang ekonomi, tapi tentang harapan dan masa depan banyak orang. Negara berkembang sering kali memiliki potensi besar dalam hal sumber daya manusia dan alam, namun menghadapi kendala seperti : Kurangnya modal, Terbatasnya teknologi, Keterbatasan akses pasar global, & Infrastruktur belum memadai.


Sementara itu, negara maju memiliki keunggulan dalam Teknologi canggih, Modal investasi besar, Sistem manajemen yang mapan, dan Akses luas ke pasar internasional. Ketika kedua pihak bekerja sama, mereka bisa saling melengkapi. Negara maju mendapatkan akses pasar dan tenaga kerja yang kompetitif, sementara negara berkembang mendapatkan peluang kerja baru, peningkatan keterampilan, dan transfer pengetahuan. Bentuk-Bentuk Kerja Sama Nyata, antara lain :


Investasi Asing Langsung (Foreign Direct Investment - FDI)

Banyak negara maju menanamkan modal di negara berkembang untuk membangun pabrik, pusat layanan, hingga perusahaan teknologi. Contoh nyata adalah pembangunan pabrik otomotif di Asia Tenggara oleh perusahaan Jepang dan Korea Selatan.


Pelatihan dan Transfer Teknologi

Lewat lembaga seperti JICA (Jepang), USAID (Amerika Serikat), atau GIZ (Jerman), negara maju memberikan pelatihan keterampilan kerja di berbagai sektor dari pertanian modern, industri manufaktur, hingga digitalisasi.


Proyek Infrastruktur Bersama

Kerja sama pembangunan pelabuhan, jalan raya, dan energi bersih antara negara-negara seperti China dan negara-negara Afrika telah membuka ribuan lapangan kerja lokal.


Kemitraan Pendidikan dan Vokasi

Program magang, beasiswa, dan pendidikan vokasi kerja sama antara universitas atau lembaga pelatihan kerja dari negara maju dan berkembang juga sangat berperan dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja.


Dampak Positif yang Terbukti

Kerja sama internasional tidak hanya berdampak pada angka statistik ekonomi, tetapi juga pada kehidupan nyata masyarakat. Berikut beberapa dampak nyatanya:

  • Penurunan pengangguran, Proyek-proyek baru menciptakan lapangan kerja langsung dan tidak langsung.
  • Peningkatan keterampilan lokal, Pekerja lokal memperoleh keahlian baru dari pelatihan dan pengalaman kerja bersama tenaga asing.
  • Pertumbuhan UMKM, Keberadaan industri besar biasanya mendorong pertumbuhan ekonomi sekitar melalui kemitraan lokal.
  • Perubahan pola pikir, Wawasan global dan budaya kerja negara maju mulai ditiru dan diterapkan oleh tenaga kerja di negara berkembang.


Tantangan dan Risiko yang Perlu Diwaspadai

Namun tentu saja, kerja sama ini tidak selalu berjalan mulus. Ada tantangan yang harus dihadapi, seperti :

  • Eksploitasi tenaga kerja murah, Beberapa perusahaan asing mungkin hanya mencari keuntungan tanpa memperhatikan hak-hak pekerja lokal.
  • Ketergantungan ekonomi, Negara berkembang bisa terjebak dalam ketergantungan pada investasi asing.
  • Dominasi asing, Produk dan perusahaan lokal bisa kalah saing dengan perusahaan asing yang lebih kuat secara modal.

Inilah sebabnya, penting bagi pemerintah negara berkembang untuk memiliki regulasi yang kuat, melakukan negosiasi kerja sama yang adil, dan membangun kapasitas dalam negeri.


    Saya pribadi pernah mendengar program pelatihan teknologi industri hasil kerja sama antara sebuah universitas di Eropa dan lembaga pelatihan di Indonesia. Disana akan diajarkan cara mengoperasikan mesin CNC, memahami manajemen industri 4.0, hingga teknik komunikasi kerja internasional. Program ini tidak hanya memberi ilmu, tapi juga menghubungkan para peserta secara langsung dengan perusahaan multinasional. Dari kelas, banyak para peserta yang diterima kerja di sebuah perusahaan otomotif yang sedang membuka cabang di kota saya. Banyak dari peserta yang mengikuti program tersebut bukan hanya punya pekerjaan tetap, tapi juga memiliki skill yang bisa saya ajarkan ke orang lain.


    Untuk membuat kerja sama ini terus berdampak, ada beberapa hal yang perlu didorong:

  1. Transparansi dan evaluasi program kerja sama, Agar semua pihak mendapat manfaat seimbang.
  2. Peningkatan pendidikan vokasi, Menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan industri global.
  3. Pemberdayaan lokal, Mengutamakan keterlibatan masyarakat lokal dalam setiap proyek.
  4. Pengembangan industri dalam negeri, Agar negara berkembang bisa naik kelas, dari konsumen menjadi produsen.
  5. Kerja sama yang baik bukan tentang siapa lebih kuat, tapi tentang bagaimana kedua belah pihak bisa bertumbuh bersama.


    Kerja sama internasional bukan hanya angka dalam perjanjian atau diplomasi di konferensi. Kerja sama itu hidup, nyata, dan berdampak bagi kita orang biasa yang hanya butuh satu pintu untuk masuk ke dunia yang lebih baik.

Tuesday, May 20, 2025

Bikin Karya Ilmiah Itu Gak Sesulit yang Kamu Kira: Panduan Lengkap dan Pengalaman Pribadi

May 20, 2025 0 Comments

 


Jujur saja, waktu pertama kali guru saya bilang, “Tugas minggu depan: buat karya ilmiah,” saya langsung panik. Pikiran saya langsung membayangkan tabel rumit, istilah ilmiah yang njelimet, dan berjam-jam di depan laptop sambil menggaruk kepala yang nggak gatal. Tapi setelah saya pelajari lebih dalam dan menjalaninya beberapa kali, ternyata membuat karya ilmiah itu nggak sesulit yang saya kira. Justru seru, karena kita bisa menyalurkan rasa ingin tahu dan membuktikan suatu hal lewat tulisan yang sistematis.


    Nah, lewat artikel ini, saya mau berbagi panduan lengkap membuat karya ilmiah berdasarkan pengalaman pribadi dan bimbingan para dosen. Siapa tahu bisa membantu kamu yang baru mulai atau sedang kebingungan mencari arah.


1. Apa sih Karya Ilmiah itu dan Kenapa Harus Bisa Membuatnya?

Karya ilmiah adalah tulisan yang disusun berdasarkan data, fakta, dan metode ilmiah untuk menjawab suatu masalah atau menjelaskan fenomena tertentu. Biasanya digunakan dalam dunia pendidikan dan penelitian. Kenapa harus bisa bikin karya ilmiah? Karena ini adalah bukti bahwa kamu bisa berpikir kritis dan sistematis. Selain itu, di jenjang sekolah, kuliah, atau bahkan kerja nanti karya ilmiah jadi salah satu tolak ukur kemampuan menulis dan berpikir analitis seseorang.


2. Kenali Struktur Dasarnya Dulu

Sebelum mulai menulis, kamu harus tahu dulu struktur dasar karya ilmiah. Umumnya, karya ilmiah terdiri dari:

Judul

Abstrak

Pendahuluan

Tinjauan Pustaka

Metode Penelitian

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

Lampiran (jika ada)

Masing-masing bagian punya peran penting, jadi jangan asal comot struktur dari internet tanpa memahami fungsinya, ya.


3. Langkah Membuat Karya Ilmiah (Dari Nol Sampai Jadi)

Berikut ini langkah-langkah berdasarkan pengalaman pribadi saya:


a. Tentukan Topik yang Relevan dan Kamu Sukai

Jangan asal pilih topik. Pilih yang kamu pahami dan sukai, karena kamu akan “hidup bersama” topik itu untuk waktu yang cukup lama. Kalau topiknya bikin kamu penasaran, proses riset dan menulis akan terasa lebih ringan. Contoh: Saat saya suka lingkungan, saya ambil topik "Pengaruh Kampanye Diet Plastik Terhadap Perilaku Mahasiswa".


b. Rumuskan Masalah dan Tujuan Penelitian

Pertanyaan penelitian itu penting Tanyakan:

  • Apa yang ingin saya cari tahu?
  • Kenapa penting diteliti?
  • Apa manfaatnya?

Contoh rumusan masalah: “Apakah kampanye diet plastik berdampak signifikan terhadap perilaku mahasiswa dalam menggunakan kantong belanja?”


c. Kumpulkan Literatur dan Buat Tinjauan Pustaka

Ini bagian seru sekaligus melelahkan: baca-baca jurnal, buku, dan artikel terpercaya. Tujuannya untuk memperkuat dasar teori dari topik yang kamu angkat. Gunakan Google Scholar, perpustakaan digital kampus, atau jurnal online seperti ResearchGate.


d. Tentukan Metode Penelitian

Metode itu jalan yang kamu tempuh untuk menjawab pertanyaanmu. Bisa kualitatif, kuantitatif, atau mix methods. Contoh: Survei melalui Google Form, Wawancara narasumber, Dan Observasi langsung. Pilih metode yang sesuai dengan data yang kamu butuhkan.


e. Mulai Menulis Bab demi Bab

Tulislah secara bertahap. Jangan tunggu semua lengkap baru mulai. Biasanya saya mulai dari Bab 1 (Pendahuluan), lanjut Bab 2 (Tinjauan Pustaka), lalu Bab 3 (Metodologi), dan seterusnya. Tips dari saya: Jangan mengejar sempurna dulu, kejar selesai dulu. Setelah itu baru diperbaiki.


f. Tampilkan Hasil dan Analisis dengan Jelas

Di Bab 4, tampilkan data dan analisis. Kalau pakai survei, bisa tunjukkan dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram. Jangan lupa beri penjelasan kenapa data tersebut penting dan apa artinya. Contoh : Jika 80% responden mengaku mengurangi plastik, berarti kampanye cukup berhasil. Tapi jelaskan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya.


g. Tulis Kesimpulan dan Saran dengan Tegas

Jangan mengulang isi pembahasan, tapi tarik benang merah dari semua penemuan. 


    Menulis karya ilmiah tidak luput Dari kesalahan, Kesalahan Umum yang Sering Dilakukan Pemula antara lain : Asal copas literatur tanpa pemahaman, Menulis terlalu panjang tapi isinya muter-muter, Tidak menyebutkan sumber dengan benar (plagiarisme), Tidak konsisten antara rumusan masalah dan isi pembahasan, Melupakan revisi dan pengecekan akhir. Makanya, penting banget untuk minta orang lain membaca ulang karya ilmiah kita sebelum dikumpulkan.


4. Tools yang Membantu Proses menulis kamu :

  • Zotero / Mendeley: untuk manajemen referensi
  • Grammarly: bantu koreksi grammar (kalau pakai bahasa Inggris)
  • Google Scholar: cari jurnal terpercaya
  • Canva / Excel: untuk bikin grafik atau diagram
  • AI Tools (seperti ChatGPT): untuk membantu merumuskan ide atau menyusun outline (tapi bukan untuk nyontek ya!)


    Supaya Proses Menulis Lebih Menyenangkan buat jadwal menulis yang fleksibel tapi konsisten. Serta Tulis di tempat yang nyaman dan bebas gangguan. Jangan lupa Rayakan setiap progres kecil. Selesai satu bab? Treat diri kamu. Oh iya Jangan takut minta bantuan dosen pembimbing atau teman diskusi. Ingat Proses ini bukan ajang menyiksa diri, tapi mengembangkan diri. 


Percaya nggak, karya ilmiah yang saya buat waktu kuliah dulu akhirnya saya ubah jadi artikel populer di blog. Ada juga teman saya yang menjadikan hasil penelitiannya sebagai dasar untuk proposal bisnis. Jadi, jangan anggap remeh karya ilmiah. Di balik semua keribetannya, ada banyak ilmu dan peluang yang bisa kamu gali. Membuat karya ilmiah memang butuh waktu, ketekunan, dan niat. Tapi ketika kamu sudah memahami alurnya, kamu akan merasa bangga melihat hasil akhir yang kamu buat sendiri dari awal. Semoga panduan ini bisa membantumu. Ingat, bikin karya ilmiah itu nggak sesulit yang kamu kira, asal tahu triknya dan mau berproses. Semangat menulis dan jangan menyerah di tengah jalan, ya..


La Llorona: Jeritan Hantu Perempuan yang Menghantui Malam Amerika Latin

May 20, 2025 0 Comments

 


    Di antara bayang-bayang malam yang sunyi di tepi sungai Meksiko dan Amerika Latin, nama La Llorona selalu disebut dengan bisikan ketakutan. Dalam bahasa Spanyol, La Llorona berarti "Perempuan yang Menangis". Ia adalah sosok legenda urban menyeramkan yang dikenal sebagai roh gentayangan dari seorang wanita yang kehilangan anak-anaknya dan kini terus meratapi nasib tragisnya. La Llorona bukan sekadar cerita pengantar tidur untuk menakuti anak-anak agar patuh. Kisah ini memiliki akar budaya yang dalam, mencampurkan mitos, sejarah kolonial, dan trauma masyarakat terhadap pengkhianatan dan kehilangan. Tidak ada satu versi tunggal dari asal usul La Llorona. Legenda ini sudah eksis selama ratusan tahun dan terus berkembang seiring waktu. Namun, ada dua versi paling terkenal yang menjadi dasar cerita.


1. Versi Rakyat Meksiko

Dalam versi yang paling umum di Meksiko, La Llorona adalah seorang wanita muda yang sangat cantik bernama Maria. Ia berasal dari keluarga miskin namun akhirnya dinikahi oleh seorang bangsawan kaya raya. Pernikahan mereka membuahkan dua orang anak. Namun, seiring waktu, suaminya mulai mengabaikan Maria dan berselingkuh dengan wanita lain yang lebih muda dan dari kalangan atas. Maria yang sakit hati lalu melakukan hal tragis: dalam kemarahan dan keputusasaan, ia menenggelamkan kedua anaknya di sungai. Ketika ia sadar apa yang telah dilakukan, rasa bersalah yang luar biasa menyiksanya. Ia akhirnya bunuh diri. Namun, karena dosanya, rohnya tidak pernah tenang. Ia menjadi La Llorona, berkeliaran mencari anak-anaknya sambil menangis pilu di malam hari.

2. Versi Kolonialisme Spanyol

Beberapa sejarawan mengaitkan legenda ini dengan trauma sejarah kolonialisme. Dikatakan bahwa Maria adalah representasi dari perempuan pribumi yang jatuh cinta pada penjajah Spanyol, tetapi akhirnya ditinggalkan begitu saja. Pengkhianatan ini melambangkan penderitaan masyarakat asli Meksiko akibat penjajahan.


    Kisah ini berkembang seiring dengan kisah La Malinche, seorang wanita pribumi yang menjadi penerjemah sekaligus kekasih Hernán Cortés, penakluk Spanyol. Banyak yang melihat bahwa La Llorona adalah versi horor dari La Malinche, wanita yang dicintai dan dikhianati oleh pria asing, lalu dikutuk karena "menghancurkan" bangsanya sendiri. Legenda La Llorona tidak hanya berakar di Meksiko, tetapi juga menyebar ke berbagai negara seperti Kolombia, Venezuela, Guatemala, bahkan di komunitas Hispanik di Amerika Serikat. Beberapa versi dan mitos yang berkembang antara lain:

  • Menangis di Tepi Sungai : Mitos paling umum adalah bahwa La Llorona muncul di malam hari di dekat sungai atau danau, menangis dengan suara memekakkan hati sambil berkata, “¡Ay, mis hijos!” (Oh, anak-anakku!).
  • Penculik Anak-anak : Dalam versi ini, La Llorona diceritakan sebagai hantu yang menculik anak-anak kecil yang bermain terlalu malam atau yang tidak patuh pada orang tuanya.
  • Perempuan Bergaun Putih : Sosok La Llorona biasanya digambarkan sebagai perempuan tinggi, berambut panjang, mengenakan gaun putih yang basah kuyup. Wajahnya sering kali tidak terlihat jelas, atau bahkan tanpa wajah sama sekali.
  • Tanda Kematian : Seperti Banshee dalam mitologi Irlandia, beberapa cerita menyebut bahwa mendengar tangisan La Llorona adalah pertanda akan datangnya kematian di keluarga atau musibah besar.


    Walaupun tergolong legenda dan mitos, kisah La Llorona sering dikaitkan dengan kejadian nyata atau pengalaman paranormal. Di berbagai kota di Amerika Latin, banyak laporan warga tentang penampakan wanita menangis di pinggir sungai, terutama di malam hari. Di New Mexico, Amerika Serikat, kisah tentang La Llorona sangat populer di kalangan komunitas Hispanik dan sering masuk dalam laporan kegiatan paranormal. La Llorona bukan hanya bagian dari cerita rakyat, tapi juga telah diangkat ke layar lebar. Film seperti The Curse of La Llorona (2019) dari jagat sinematik The Conjuring, membuat kisah ini dikenal luas secara global. Selain itu, banyak dokumenter, novel, bahkan lagu yang terinspirasi dari legenda ini.


    La Llorona sering dijadikan objek studi dalam bidang antropologi dan psikologi budaya. Banyak peneliti melihatnya sebagai representasi trauma kolektif perempuan, terutama yang berkaitan dengan kehilangan, pengkhianatan, dan penyesalan. Legenda seperti La Llorona terus hidup karena mampu mewakili ketakutan dan emosi terdalam manusia: kehilangan orang tercinta, kesepian, rasa bersalah, dan pencarian pengampunan. Dalam budaya Latin, cerita ini juga digunakan sebagai cara mendidik dan mendisiplinkan anak-anak dengan pesan moral yang kuat. La Llorona adalah contoh bagaimana folklor menjadi alat kontrol sosial dan sekaligus ekspresi emosional masyarakat. Ia tak hanya jadi cerita horor, tapi juga lambang peringatan dan pelajaran hidup.


    La Llorona bukan hanya sekadar hantu menangis. Ia adalah legenda yang membawa serta sejarah, budaya, trauma, dan pesan moral. Mitos ini telah melewati batas-batas negara dan waktu, menjadikannya bagian dari warisan cerita rakyat dunia yang tak lekang oleh zaman. Apakah La Llorona benar-benar nyata? Jawabannya tergantung pada kepercayaan masing-masing. Namun satu hal pasti, kisahnya akan terus diceritakan dari generasi ke generasi, menciptakan misteri yang selalu menggugah rasa penasaran.

Monday, May 19, 2025

Pendap: Lezatnya Warisan Bengkulu yang Terbalut Daun dan Cerita

May 19, 2025 0 Comments

 

    Pernahkah kamu mencicipi makanan yang membuatmu merasa seperti sedang menyusuri waktu dan kembali ke akar tradisi? Saya mengalaminya saat pertama kali mencoba Pendap, kuliner khas Bengkulu yang sederhana dalam rupa, tapi kaya rasa dan sarat sejarah. Pendap bukan hanya soal rasa, tapi juga cerita. Di balik balutan daun talasnya, tersimpan bumbu-bumbu yang kaya rempah, teknik memasak yang diwariskan dari generasi ke generasi, dan rasa cinta orang Bengkulu terhadap budaya mereka sendiri. Yuk, kita kupas lebih dalam tentang si “permata tersembunyi” dari pesisir barat Sumatera ini.


    Pendap adalah makanan tradisional khas Bengkulu, yang konon telah ada sejak zaman Kesultanan Banten berkuasa di wilayah pesisir barat Sumatera. Makanan ini dikenal sebagai “ikan pais” oleh masyarakat lokal, dan merupakan hasil adaptasi masyarakat nelayan Bengkulu dalam mengawetkan ikan menggunakan rempah-rempah dan cara pengolahan unik. Pendap diciptakan sebagai makanan tahan lama. Para nelayan yang pergi melaut berhari-hari membutuhkan makanan yang bisa bertahan lama tanpa basi, maka digunakanlah bumbu rempah seperti bawang putih, kencur, dan cabai sebagai pengawet alami. Ikan dibalut dengan bumbu lalu dibungkus daun talas dan dikukus berjam-jam. Hasilnya adalah hidangan yang aromatik, lembut, dan menggugah selera.


    Di masa sekarang, Pendap sudah tak lagi hanya makanan nelayan. Ia telah menjelma jadi simbol kuliner Bengkulu dan bahkan menjadi menu wajib di acara pernikahan, syukuran, dan jamuan tamu kehormatan. Sekilas, Pendap mungkin tampak sederhana: ikan yang dibungkus daun dan dikukus. Tapi begitu kamu mencicipinya, kamu akan langsung tahu ini bukan sembarang masakan kukus. Rasa dominan Pendap adalah pedas, gurih, dan aromatik. Bumbunya meresap hingga ke dalam daging ikan, karena proses pembungkusan dan pengukusan yang panjang. Beberapa bahan khas yang memberi Pendap ciri rasa unik antara lain:

  • Kencur memberi aroma tanah yang segar dan khas
  • Cabai rawit dan cabai merah besar menghasilkan pedas yang membakar tapi nikmat
  • Kelapa parut memberi tekstur dan rasa gurih
  • Daun talas saat dikukus memberi aroma lembut dan rasa sedikit pahit yang menyeimbangkan rasa keseluruhan


    Biasanya, Pendap menggunakan ikan kakap, ikan tongkol, atau ikan laut lainnya yang berdaging padat. Rasanya makin mantap jika disantap dengan nasi hangat, sambal, dan lalapan. Meski terdengar rumit, sebenarnya Pendap bisa dibuat di rumah dengan bahan-bahan yang cukup mudah ditemukan. Saya sendiri pernah mencobanya dan hasilnya tidak mengecewakan.


Bahan-bahan:

500 gram ikan kakap/ikan tongkol, bersihkan dan potong sesuai selera
1 butir kelapa muda, parut
3 lembar daun talas (bisa diganti daun pisang jika sulit ditemukan)
Tali rafia untuk mengikat

Bumbu halus:

8 siung bawang merah
5 siung bawang putih
3 ruas kencur
3 ruas kunyit
1 ruas jahe
10 buah cabai rawit (sesuai selera)
3 buah cabai merah besar
1 sdt garam
1 sdt gula
Sedikit air asam


Cara Membuat:

  1. Campurkan bumbu halus dengan kelapa parut. Aduk hingga merata.
  2. Lumuri ikan dengan campuran bumbu dan diamkan selama 30 menit agar meresap.
  3. Siapkan daun talas, bersihkan dan lap hingga kering. Bungkus ikan berbumbu di dalam daun talas seperti membungkus lontong.
  4. Ikat menggunakan tali rafia agar tidak bocor.
  5. Kukus selama 4–5 jam agar bumbu benar-benar meresap dan daun lunak.

Angkat dan sajikan hangat dengan nasi putih dan sambal terasi.  jika kamu tidak suka rasa gatal dari daun talas, bisa direndam dulu semalaman atau rebus sebentar sebelum digunakan.


    Kalau bicara tentang warung pendap legendaris, nama yang hampir selalu disebut adalah “Pendap Yu Nah”. Warung ini berada di kawasan Pasar Minggu, Kota Bengkulu, dan sudah berdiri sejak tahun 1985. Pendap Yu Nah terkenal karena mempertahankan cara pengolahan tradisional, yaitu dengan mengukus menggunakan tungku kayu dan membungkus dengan daun talas asli yang ditanam sendiri. Tidak heran, rasa pendap di sini dianggap “asli banget” oleh warga lokal dan wisatawan. Selain pendap, warung ini juga menyajikan olahan khas Bengkulu lain seperti gulai tempoyak, ikan pais tempoyak, dan sambal seruit.


    Di era media sosial seperti sekarang, ada satu nama yang sedang naik daun dan viral di TikTok serta Instagram, yaitu “Pendap Pak Umar”. Terletak di Jl. Soekarno Hatta, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu, Pendap Pak Umar dikenal karena:

  • Menyajikan pendap kekinian dalam kemasan praktis
  • Bisa dikirim ke luar kota via frozen food
  • Rasa tetap otentik meskipun lebih modern dari sisi penyajian
  • Memiliki varian baru seperti pendap ayam, pendap udang, dan bahkan pendap vegetarian


Pendap Pak Umar juga sering dijadikan oleh-oleh karena daya tahan makanannya bisa mencapai 5–7 hari dengan pendingin. Banyak food vlogger yang mengulas tempat ini dan memberi pujian tinggi atas konsistensi rasanya. Banyak makanan khas Indonesia, tapi hanya sedikit yang bisa seunik dan sekaya Pendap:

  • Menggunakan bahan lokal: daun talas, kelapa, rempah-rempah
  • Teknik pengolahan kuno yang masih dipertahankan
  • Cita rasa khas yang belum tentu kamu temukan di tempat lain


Bagi saya pribadi, mencicipi Pendap adalah cara saya “menghargai warisan kuliner” yang nyaris terlupakan. Ketika banyak makanan modern bermunculan, Pendap tetap berdiri dengan bangga atas kesederhanaannya. Sebagai penulis dan juga pecinta kuliner, saya merasa beruntung bisa mengenal dan menikmati Pendap. Makanan ini bukan sekadar pengisi perut tapi juga pengisi cerita dalam identitas sebuah daerah. Bengkulu mungkin tidak selalu disebut dalam daftar destinasi kuliner utama di Indonesia, tapi lewat Pendap, saya rasa kita harus memberi penghormatan lebih kepada provinsi ini.


Jika kamu sedang mencari pengalaman rasa yang berbeda, Pendap Bengkulu adalah jawabannya. Rasanya pedas, gurih, wangi, dan penuh kejutan di setiap suapan. Lebih dari itu, ia juga membawa kamu ke dalam cerita tentang laut, nenek moyang, dan daun-daun yang menyelimuti cita rasa masa lalu. Kamu sudah pernah coba Pendap? Atau justru baru mendengarnya hari ini? Apapun itu, saya sarankan kamu coba karena siapa tahu, kamu bisa jatuh cinta seperti saya.

Anthony Salim: Pewaris Tahta Bisnis Legendaris, dari Krisis hingga Bangkit Jadi Raksasa Ekonomi Indonesia

May 19, 2025 0 Comments

 


    Anthony Salim, lahir pada tanggal 25 Oktober 1949, merupakan putra dari Liem Sioe Liong, salah satu konglomerat terbesar di Asia Tenggara pada abad ke-20. Ayahnya, yang kelak dikenal sebagai Sudono Salim, adalah pendiri Salim Group, konglomerasi bisnis yang memiliki portofolio luas, mulai dari perbankan, makanan, properti, hingga infrastruktur. Keluarga Salim berasal dari Fujian, Tiongkok, yang merantau ke Indonesia dan memulai dari nol. Liem Sioe Liong memulai bisnis dari berdagang cengkeh dan tekstil, hingga akhirnya membangun imperium bisnis dengan dukungan jaringan bisnis yang kuat, termasuk hubungan dekat dengan penguasa Orde Baru. Anthony Salim dibesarkan di lingkungan bisnis dan dididik untuk menjadi seorang pemimpin sejak usia muda. Pendidikan formalnya ditempuh di luar negeri, salah satunya di Eropa, yang kemudian memperluas pandangannya dalam dunia bisnis global.


    Meski lahir dari keluarga konglomerat, Anthony tidak serta-merta menerima warisan tanpa kerja keras. Pada masa muda, dia mulai terlibat dalam manajemen perusahaan-perusahaan Salim Group. Salah satu tonggak awal karirnya adalah keterlibatannya di PT. Indofood Sukses Makmur, yang kemudian menjadi salah satu produsen makanan terbesar di dunia. Di perusahaan ini, Anthony Salim memperkenalkan sistem manajemen modern dan strategi ekspansi produk secara agresif. Ia menjadikan Indomie, produk mi instan dari Indofood, sebagai merek nasional yang bukan hanya digemari di Indonesia, tetapi juga dikenal di berbagai negara seperti Nigeria, Arab Saudi, dan Australia. Anthony dikenal tenang, tidak suka tampil mencolok, namun sangat cerdas dalam strategi bisnis. Kepiawaiannya ini diuji saat krisis ekonomi 1998 menghantam Indonesia.


    Krisis moneter 1998 menjadi titik balik dalam karir dan kehidupan Anthony Salim. Pada masa itu, Salim Group mengalami beban utang luar negeri yang sangat besar. Nilai tukar rupiah yang anjlok drastis membuat perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam grupnya kolaps satu per satu. Puncak dari krisis ini adalah ketika Bank Central Asia (BCA), bank terbesar yang dimiliki Salim Group, harus diambil alih oleh pemerintah dan direstrukturisasi melalui BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional). Ini adalah pukulan telak bagi keluarga Salim. Namun Anthony tidak menyerah. Ia memilih untuk tidak melarikan diri ke luar negeri seperti banyak pengusaha lain saat itu. Ia tetap tinggal di Indonesia dan menghadapi setiap tekanan hukum dan keuangan dengan kepala tegak. Dalam masa sulit ini, Anthony belajar banyak tentang bagaimana membangun ulang bisnis dengan fondasi yang lebih sehat dan transparan.


    Setelah krisis, Anthony Salim melakukan restrukturisasi besar-besaran. Ia menjual sejumlah aset yang tidak menguntungkan dan fokus pada sektor bisnis yang memiliki potensi jangka panjang. Anthony mengembangkan Indofood menjadi perusahaan multinasional. Ia juga mengembangkan Indofood Agri Resources dan Bogasari Flour Mills, yang menjadi pemain besar di sektor agribisnis dan tepung terigu. Selain itu, melalui First Pacific Company Ltd, Anthony memperluas portofolio bisnis ke luar negeri, termasuk di sektor telekomunikasi dan energi di Filipina dan Hong Kong.


    Di bawah kendali Anthony, Salim Group bertransformasi menjadi lebih efisien dan global. Tidak lagi hanya tergantung pada koneksi politik, tetapi mengandalkan kekuatan manajerial dan strategi bisnis jangka panjang. Di balik sosoknya yang low profile dan misterius, Anthony Salim dikenal memiliki kepedulian tinggi terhadap masyarakat. Ia aktif dalam kegiatan sosial dan pendidikan, meskipun tidak banyak dipublikasikan. Melalui Salim Foundation, berbagai program bantuan pendidikan dan bencana telah dijalankan, termasuk bantuan kepada korban bencana alam dan dukungan bagi pengusaha UMKM pasca COVID-19. Anthony percaya bahwa perusahaan besar memiliki tanggung jawab moral terhadap masyarakat sekitarnya.


    Sebagai bagian dari keluarga konglomerat yang erat hubungannya dengan rezim Orde Baru, tak jarang nama Anthony Salim juga terseret dalam berbagai spekulasi dan kontroversi masa lalu. Namun, dibandingkan dengan pengusaha lain yang terlibat langsung dalam kasus hukum, Anthony tergolong sangat hati-hati dan menjaga integritasnya. Setelah reformasi, ia berhasil menjauhkan Salim Group dari bayang-bayang kekuasaan, dan lebih mengedepankan profesionalitas dalam pengelolaan bisnis


    Anthony Salim tidak hanya membangun bisnis tradisional, tetapi juga mengadopsi teknologi dalam model bisnisnya. Ia ikut terlibat dalam pengembangan KlikIndomaret, Yummy Corp, dan investasi di berbagai startup berbasis teknologi. Ini adalah bentuk antisipasi terhadap perubahan zaman dan transisi ke digitalisasi ekonomi. Indofood juga mengembangkan platform ekspor online untuk memperluas jangkauan pasar ke Asia dan Afrika, sebuah terobosan yang menunjukkan bahwa Salim Group masih sangat relevan di era industri 4.0.


    Anthony Salim mewarisi sebuah kerajaan bisnis, tetapi juga membentuknya ulang dengan caranya sendiri. Ia menunjukkan bahwa keterpurukan bukanlah akhir dari segalanya. Dengan ketekunan, visi, dan dedikasi terhadap masyarakat, ia membuktikan bahwa kepercayaan bisa dibangun kembali, dan bisnis bisa bangkit dari keterpurukan. Salim Group di bawah kepemimpinannya menjadi contoh nyata bahwa konglomerasi tidak harus selalu identik dengan kolusi, melainkan dapat berkembang melalui profesionalitas dan strategi modern. Kisah Anthony Salim bukan sekadar kisah tentang uang dan bisnis. Ini adalah kisah tentang kesabaran, dedikasi, dan kemauan untuk bertahan dalam badai kehidupan. Ia tidak hanya mewarisi kejayaan, tetapi juga beban dan tantangan besar. Namun, ia mampu membuktikan bahwa krisis bukanlah akhir dari segalanya.


    Sebagai penulis blog ini dan sebagai seseorang yang sedang membangun sesuatu dari nol, saya merasa sangat terinspirasi oleh perjalanan Anthony Salim. Ia mengajarkan kita semua bahwa keberhasilan bukan hanya tentang asal-usul atau siapa orang tua kita, tetapi tentang bagaimana kita menyikapi kegagalan dan terus melangkah meski dihadang badai. Semoga tulisan ini bukan hanya menambah wawasan Anda, tapi juga membakar semangat Anda untuk tidak menyerah dalam membangun impian Anda sendiri.

Menyibak Pesona dan Misteri Pantai Banyuwangi: Surga Eksotis dengan Sejuta Cerita"

May 19, 2025 0 Comments

 


Banyuwangi adalah permata di ujung timur Pulau Jawa yang tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga dengan kekayaan budaya dan mitos yang membalut setiap sudut wilayahnya. Salah satu daya tarik utama Banyuwangi adalah deretan pantainya yang memesona dari Pantai Pulau Merah hingga Pantai Plengkung yang mendunia. Namun, di balik keindahan itu, tersimpan kisah sejarah, mitos lokal, dan peristiwa nyata yang menambah dimensi misterius sekaligus menarik bagi para pelancong dan peneliti budaya.


Secara etimologi, “Banyuwangi” berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu "Banyu" (air) dan "Wangi" (wangi atau harum). Legenda setempat menyebutkan bahwa nama ini berasal dari kisah cinta tragis antara Raden Banterang dan Surati, di mana Surati membuktikan kesetiaannya dengan menceburkan diri ke sungai yang airnya kemudian berbau harum. Dari sinilah asal mula nama “Banyuwangi”.


Kisah ini diyakini masih mempengaruhi atmosfer spiritual di sejumlah pantai Banyuwangi yang dianggap sakral, khususnya oleh warga lokal yang memegang teguh adat dan kepercayaan nenek moyang. Banyak mitos yang berkembang di sekitar pantai-pantai di Banyuwangi. Berikut adalah beberapa di antaranya:


1. Mitos Pantai Pulau Merah

Pantai Pulau Merah terkenal karena bukit kecil berwarna kemerahan yang berada tak jauh dari garis pantainya. Konon, warna merah pada bukit tersebut berasal dari darah para prajurit kerajaan kuno yang tewas saat bertempur memperebutkan wilayah ini. Masyarakat sekitar percaya bahwa malam hari adalah waktu sakral, dan sering menghindari aktivitas di pantai karena adanya "penjaga gaib".


2. Pantai Plengkung dan Misteri Segitiga Jawa

Pantai Plengkung atau yang dikenal juga sebagai G-Land adalah surga bagi peselancar dunia. Namun di balik gelombangnya yang sempurna, muncul kepercayaan lokal bahwa area sekitar pantai merupakan bagian dari "Segitiga Jawa" wilayah laut yang dipercaya angker, seperti Segitiga Bermuda versi Indonesia.


3. Mitos Nyi Roro Kidul

Meskipun lebih identik dengan pantai selatan Jawa seperti Parangtritis, sosok Nyi Roro Kidul juga dipercaya “menampakkan diri” di beberapa pantai Banyuwangi. Ada pantangan tak tertulis bagi pengunjung untuk tidak mengenakan pakaian berwarna hijau sebagai bentuk penghormatan.


Beberapa Fakta Menarik Tentang Pantai di Banyuwangi, antara lain :


G-Land Termasuk dalam 10 Tempat Surfing Terbaik Dunia

Pantai Plengkung (G-Land) menjadi salah satu spot surfing terbaik di dunia. Gelombangnya bisa mencapai 6 meter dan menjadi magnet bagi peselancar profesional dari Australia, Amerika, hingga Brasil.


Pantai Boom sebagai Pusat Festival

Pantai Boom bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga panggung budaya. Acara seperti Banyuwangi Ethno Carnival dan Festival Gandrung Sewu rutin digelar di sini.


Pulau Merah Memiliki Pasir yang Bisa Berubah Warna

Pada waktu tertentu saat matahari terbenam dan kondisi cuaca mendukung, pasir di Pantai Pulau Merah terlihat berkilau merah keemasan, menambah daya tarik visual bagi wisatawan.


Pantai yang begitu indah tidak menutup kemungkinan terjadinya Kasus yang memilukan. Berikut kasus yang Pernah Terjadi di Sekitar Pantai Banyuwangi :


1. Insiden Hilangnya Nelayan di Pantai Grajagan

Pada tahun 2020, seorang nelayan dilaporkan hilang secara misterius saat sedang mencari ikan di Pantai Grajagan. Meskipun pencarian dilakukan selama beberapa hari, jasadnya tak pernah ditemukan. Warga percaya bahwa kejadian ini terkait dengan “penunggu laut” yang marah karena larangan adat dilanggar.


2. Kasus Pencemaran Pantai

Pada tahun 2022, media lokal ramai memberitakan kasus pencemaran limbah di Pantai Boom yang berdampak pada rusaknya ekosistem laut serta kemunculan bangkai ikan di pesisir. Kasus ini menjadi peringatan serius bagi pengelola wisata agar tidak hanya fokus pada pariwisata, tetapi juga konservasi.


3. Perampasan Lahan di Sekitar Pantai Wedi Ireng

Beberapa warga melaporkan adanya konflik lahan di sekitar Pantai Wedi Ireng karena kawasan itu mulai dilirik investor. Hal ini memicu protes dari masyarakat adat yang menolak penggusuran lahan mereka demi pembangunan resort mewah.


Pantai-Pantai Ikonik di Banyuwangi yang Wajib Dikunjungi

  • Pantai Pulau Merah, Dengan bukit kecil berwarna merah dan sunset menawan, pantai ini cocok untuk bersantai dan menikmati panorama.
  • Pantai Plengkung (G-Land), Surga bagi peselancar profesional. Lokasi ini hanya bisa dijangkau dengan perahu atau kendaraan 4WD.
  • Pantai Boom, Mudah dijangkau dari pusat kota. Menjadi lokasi favorit untuk berfoto dan menyaksikan festival budaya.
  • Pantai Watu Dodol, Memiliki batu besar di tengah jalan dan panorama laut yang menawan, cocok untuk wisata keluarga.
  • Pantai Mustika dan Pantai Grajagan, Relatif sepi dan tenang, ideal bagi wisatawan yang mencari ketenangan dan nuansa alam liar.


Bagi saya pribadi, pantai-pantai di Banyuwangi bukan hanya destinasi wisata biasa. Setiap pasir yang terinjak, setiap ombak yang menerjang, dan setiap kisah yang berbisik di antara angin laut, menyimpan energi dan makna tersendiri. Mereka adalah bagian dari sejarah, budaya, dan spiritualitas masyarakat setempat yang patut dihormati, bukan sekadar dikunjungi. Menelusuri pantai-pantai Banyuwangi adalah pengalaman yang tak hanya memanjakan mata, tapi juga menggetarkan jiwa. Kita tidak hanya menjadi wisatawan, tapi juga saksi dari cerita yang tak lekang oleh waktu. Maka, jika Anda mencari liburan yang lebih dari sekadar bersantai, Banyuwangi adalah jawabannya. surga eksotis dengan sejuta cerita.

Patricia Gouw: Dari Panggung Model ke Dunia Presenter, Kisah Inspiratif Perempuan Tangguh Indonesia

May 19, 2025 0 Comments

 


Patricia Gunawan, yang lebih dikenal dengan nama panggung Patricia Gouw, adalah salah satu sosok inspiratif di dunia hiburan Indonesia. Lahir di Jakarta pada 14 Juli 1990, Patricia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, putri dari pasangan Beddhi Gunawan dan Shirley Winarso.


Sejak masa sekolah, Patricia telah menunjukkan minatnya di dunia modeling. Ia mulai dikenal setelah mengikuti lomba fashion show di sekolahnya dan keluar sebagai juara. Perjalanan karier Patricia di industri hiburan dimulai ketika ia mengikuti berbagai kontes model dan kecantikan. Pada tahun 2010, Patricia berhasil meraih juara kedua dalam kontes Wajah Femina. Setahun kemudian, ia mengikuti ajang Miss ASEAN dan kembali meraih posisi runner-up.


Pada tahun 2012, Patricia mewakili provinsi Gorontalo dalam ajang Miss Indonesia dan berhasil masuk hingga babak 15 besar. Namun, namanya semakin dikenal luas setelah mengikuti kompetisi Asia's Next Top Model siklus keempat pada tahun 2016, di mana ia berhasil menjadi runner-up. Setelah sukses di dunia modeling, Patricia melebarkan sayapnya ke dunia penyiaran. Pada tahun 2016, ia menjadi penyiar radio di Hard Rock FM Jakarta. Tak lama kemudian, ia mulai tampil sebagai presenter di berbagai acara televisi, seperti Insert, Morning Show, dan Hitam Putih.


Patricia juga dipercaya menjadi juri utama di Indonesia's Next Top Model musim pertama yang ditayangkan di NET. Pada 6 Februari 2023, Patricia menikah dengan Daniel Bertoli, seorang investor asing, dalam sebuah upacara yang berlangsung di Bali.


Perjalanan hidup Patricia tidak selalu mulus. Ia pernah mengalami krisis keuangan setelah orang tuanya tertipu investasi bodong, yang menyebabkan kehilangan uang sebesar Rp 2 miliar. Kejadian ini membuat Patricia mengalami depresi dan memilih untuk menenangkan diri di Bali selama beberapa bulan. Namun, dengan semangat dan keteguhan hati, Patricia berhasil bangkit dan kembali meniti kariernya di dunia hiburan.


Sebagai seorang perempuan, saya melihat Patricia Gouw bukan hanya sebagai model atau presenter, tetapi sebagai simbol kekuatan dan keteguhan hati. Perjalanan hidupnya yang penuh liku mengajarkan kita bahwa dengan semangat dan kerja keras, kita bisa bangkit dari keterpurukan dan meraih kesuksesan.


Terima kasih, Patricia, telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan Indonesia.



Sunday, May 18, 2025

Bika Ambon: Si Manis Berlubang dari Medan yang Bikin Rindu Setiap Gigitan

May 18, 2025 0 Comments

 


    Saya selalu percaya bahwa makanan punya kemampuan ajaib untuk membawa kita “pulang”, bahkan tanpa perlu benar-benar kembali ke kampung halaman. Bagi saya, makanan itu adalah Bika Ambon. kue bertekstur kenyal, manis, dan berongga khas dari Medan yang selalu membuat saya tersenyum saat menyantapnya. Mungkin kamu pernah mencicipi kue ini di kotamu. Tapi tahukah kamu kalau Bika Ambon punya sejarah yang cukup unik, rasa yang rumit tapi bersahabat, dan bahkan punya warung legendaris yang sudah puluhan tahun berdiri? Mari kita kupas bersama kisah manis dari si Bika Ambon ini.


    Bika Ambon adalah salah satu kue tradisional Indonesia yang cukup membingungkan secara geografis. Kenapa? Karena Bika Ambon bukan berasal dari Ambon (Maluku), tapi justru dari Medan, Sumatera Utara. Ada beberapa versi tentang asal-usul namanya. Salah satu cerita menyebutkan bahwa kue ini pertama kali dijual di kawasan Jalan Ambon di Medan, dan dari situlah nama “Bika Ambon” melekat.


    Versi lain menyebutkan bahwa resep kue ini dulunya merupakan adaptasi dari kue khas Melayu bernama “Bika”, lalu diolah dan dijual oleh seorang warga keturunan Tionghoa bernama Lau Siauw Ho di kawasan Jalan Ambon, Medan pada tahun 1960-an. Karena lokasi penjualannya di Jalan Ambon, masyarakat pun menyebutnya “Bika Ambon”. Apapun versi yang benar, satu hal yang pasti: Bika Ambon adalah warisan kuliner khas Medan yang patut dibanggakan.


    Yang membuat Bika Ambon begitu khas adalah tekstur berongga dan rasa manis yang berasal dari fermentasi santan dan air nira. Tekstur berongga ini muncul karena adonan dibiarkan selama beberapa jam untuk berfermentasi, menghasilkan rongga-rongga seperti sarang lebah ketika dipanggang. Ciri rasa Bika Ambon sangat kaya namun ringan – wangi daun jeruk dan serai memberi aroma segar, sementara santan dan gula aren menghadirkan rasa manis legit yang tidak bikin enek. Biasanya, Bika Ambon tersedia dalam beberapa varian rasa, seperti: Original (pandan), Keju, Durian, Cokelat, & Pandan susu. Namun, buat saya pribadi, rasa original tetap yang terbaik – sederhana tapi memikat. Kalau kamu penasaran ingin bikin sendiri di rumah, berikut ini resep Bika Ambon asli rumahan yang sudah saya coba sendiri. Perlu sedikit kesabaran, tapi hasilnya sepadan.

Bahan Biang:

100 ml air hangat
1 sdt ragi instan
1 sdt gula pasir

Bahan utama:

300 gram tepung tapioka
50 gram tepung terigu
250 gram gula pasir
400 ml santan kental hangat (rebus dengan 2 batang serai, 3 lembar daun jeruk, 1 lembar daun pandan)
100 ml air nira (bisa diganti air kelapa segar)
5 butir telur
1 sdm margarin cair


Cara Membuat:

  1. Campur bahan biang, diamkan selama 15 menit hingga berbusa.

  2. Dalam wadah lain, kocok telur dan gula hingga gula larut.

  3. Tambahkan air nira, santan hangat (yang sudah disaring), dan margarin cair ke dalam kocokan telur.

  4. Masukkan tepung tapioka dan terigu sedikit demi sedikit, aduk rata.

  5. Tambahkan biang ke dalam adonan, aduk kembali hingga tercampur rata.

  6. Diamkan adonan selama 2–3 jam dalam suhu ruang, tutup dengan serbet bersih.

  7. Panaskan loyang di oven suhu 160°C.

  8. Tuang adonan ke loyang panas, panggang selama ±50–60 menit.

  9. Biarkan dingin sebelum dipotong agar teksturnya padat dan berlubang sempurna.

Hasilnya: Bika Ambon lembut, kenyal, wangi, dan tentu saja berlubang-lubang cantik!


    Kalau kamu bertanya, “Bika Ambon paling enak itu dari mana?” Maka jawabannya pasti mengarah ke “Bika Ambon Zulaikha”  warung legendaris yang telah berdiri sejak 1980-an di Jalan Majapahit No. 62, Medan PetisahWarung ini tidak hanya dikenal oleh warga Medan, tapi juga menjadi pusat oleh-oleh wajib bagi wisatawan. Saya masih ingat saat pertama kali dibawakan oleh-oleh Bika Ambon Zulaikha oleh paman saya, teksturnya empuk, aromanya harum, dan rasanya tetap konsisten meskipun dibawa pulang ke Jakarta. Ciri khas Bika Ambon Zulaikha : Warna kuning cerah alami, Aromanya kuat dari daun jeruk dan serai, Tekstur kenyal tapi tidak keras, dan Lubang-lubang yang rapi dan besar. Warung ini juga menjadi pionir dalam menghadirkan Bika Ambon dalam berbagai rasa seperti durian dan pandan susu.


    Seiring perkembangan zaman dan selera pasar, banyak muncul inovasi Bika Ambon. Tapi yang sedang viral dan banyak diburu di media sosial adalah “Bika Ambon 777”, yang berlokasi di Jalan Mojopahit No. 133 A, Medan – masih satu kawasan dengan warung legendaris lainnya. Kenapa viral? Hal ini dikarenakan Bika Ambonnya punya tekstur yang lebih lembut dan moist, disajikan dalam ukuran mini (bite size) yang lucu untuk hampers, menggunakan bahan premium, seperti santan kelapa segar dan telur bebek, tersedia dalam rasa unik seperti Bika Ambon Red Velvet dan Bika Ambon Tiramisu. Bika Ambon 777 ini sangat populer di TikTok karena banyak vlogger kuliner lokal dan nasional yang mereview positif rasanya. Bahkan, mereka kini membuka layanan pemesanan online ke seluruh Indonesia.


    Sebagai orang yang lahir dan besar di Sumatera Utara, saya bisa bilang bahwa Bika Ambon adalah simbol dari kelembutan, ketekunan, dan keragaman rasa Indonesia.

  • Teksturnya yang unik – kenyal tapi ringan
  • Rasanya yang tidak sekadar manis – tapi penuh aroma dan karakter
  • Proses pembuatannya yang panjang – mengajarkan kesabaran dan konsistensi


    Dan satu hal lagi, Bika Ambon tidak pernah lekang oleh waktu. Dari dapur nenek saya dulu, hingga warung oleh-oleh modern hari ini, kue ini tetap hadir dengan rasa yang membumi dan mengikat kenangan. Bika Ambon bukan hanya makanan namun ia adalah cerita. Cerita tentang perpaduan budaya, kerja keras, dan cita rasa yang bertahan puluhan tahun. Kalau kamu belum pernah mencobanya, coba deh satu potong saja. Tapi hati-hati – karena dari satu potong bisa jadi berpotong-potong, dan dari situ, kamu bisa jatuh cinta pada kue sederhana namun bermakna ini.


Chairul Tanjung: Si Anak Singkong yang Menjadi Raja Bisnis Indonesia

May 18, 2025 0 Comments

 


    Chairul Tanjung, atau yang sering dikenal dengan panggilan CT, adalah salah satu tokoh bisnis paling berpengaruh di Indonesia. Dikenal luas sebagai pendiri CT Corp, pria kelahiran Jakarta, 16 Juni 1962 ini merupakan lambang nyata perjuangan tanpa privilese. Julukan "Si Anak Singkong" yang ia sematkan untuk dirinya bukan tanpa alasan. Ia tumbuh dari keluarga yang mengalami krisis keuangan, namun semangat pantang menyerahnya mengantarnya ke jajaran elite bisnis nasional.


    Chairul lahir dari pasangan A.G. Tanjung, seorang jurnalis sekaligus penerbit surat kabar, dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Namun ketika Orde Baru berkuasa, usaha penerbitan ayahnya ditutup oleh pemerintah. Sejak saat itu, keluarganya jatuh miskin. Mereka bahkan harus tinggal di kamar kontrakan kecil di gang sempit Jakarta. Kondisi ini membuat Chairul kecil terbiasa hidup prihatin. Ia belajar untuk tidak manja, mandiri, dan mulai berjualan kecil-kecilan demi membantu perekonomian keluarga. Inilah titik awal yang kelak membentuk mental baja dalam dirinya.


    Chairul Tanjung kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKGUI). Meskipun mengambil jurusan kesehatan, panggilan hatinya sebenarnya adalah di bidang bisnis. Saat kuliah, ia aktif berdagang dari mulai fotokopi, kaos, hingga membuka kios kecil. Semua ini ia lakukan agar tetap bisa membayar uang kuliah tanpa membebani keluarganya. Ketika orang lain sibuk belajar teori, Chairul justru menjadikan kampus sebagai laboratorium bisnisnya. Ia mengelola waktu dengan sangat efisien: belajar di kelas, lalu berdagang di luar.


    Chairul memulai bisnis seriusnya bersama dua rekannya dengan mendirikan PT Pariarti Shindutama, perusahaan yang bergerak di bidang produksi sepatu anak-anak. Modalnya Hanya Rp150 juta dari bank. Namun karena visi mereka tidak sejalan, Chairul akhirnya memilih jalan sendiri. Keberhasilan bisnis sepatunya membuka jalan masuk ke berbagai sektor lain. Chairul lalu merambah ke sektor keuangan, media, dan ritel. Inilah cikal bakal lahirnya CT Corp. CT Corp saat ini menaungi berbagai unit bisnis raksasa seperti:

  • Bank Mega di sektor keuangan
  • Trans TV & Trans7 di bidang media
  • Transmart Carrefour, Metro Department Store di sektor ritel
  • The Coffee Bean & Tea Leaf, Wendy’s, Baskin Robbins di F&B
  • Detik.com, CNN Indonesia, CNBC Indonesia di media digital


    Chairul tidak hanya membangun bisnis, tapi menciptakan ekosistem yang saling terintegrasi. Di balik sosoknya yang tegas dan visioner, Chairul dikenal sebagai sosok yang dermawan. Ia kerap membantu pendidikan anak-anak kurang mampu melalui berbagai program beasiswa lewat CT ARSA Foundation. Ia juga terlibat dalam banyak kegiatan sosial, terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Filosofi hidupnya sederhana: “Jadilah orang yang bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya manusia.” Bahkan ketika menjadi Menteri Koordinator Perekonomian di era Presiden SBY (2014), ia bekerja tanpa gaji, sebagai bentuk pengabdian kepada negara.


    Sebagai seorang pengusaha besar, tentu Chairul tak lepas dari kontroversi. Salah satu isu yang sempat mencuat adalah ketika media mempertanyakan dominasi CT Corp dalam dunia televisi dan media digital. Banyak yang khawatir bahwa dominasi itu bisa mempengaruhi opini publik. Namun Chairul menjawab itu dengan prinsip transparansi. Ia membuktikan bahwa media yang ia miliki tetap menjaga independensi dan etika jurnalistik.


    Tantangan terbesar datang dari dalam dunia bisnis itu sendiri. Ia harus bersaing dengan taipan lain yang juga melebarkan sayap ke sektor media, keuangan, dan ritel. Namun strategi integrasi bisnis CT Corp yang solid membuatnya tetap bertahan dan berkembang. Chairul percaya bahwa konsistensi, kerja keras, dan niat baik adalah modal utama membangun bisnis. Ia selalu melihat jauh ke depan, tidak tergoda oleh keuntungan jangka pendek. Yang membedakan Chairul dari banyak pengusaha lain adalah kemampuannya melihat celah peluang, lalu menyatukannya dalam sistem yang saling mendukung. Ia tidak hanya membangun perusahaan, tapi membangun ekosistem bisnis. Baginya, kepercayaan masyarakat adalah aset yang paling mahal. Oleh karena itu, ia selalu mengedepankan integritas dan pelayanan berkualitas di semua lini bisnisnya.


    Meskipun menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia, Chairul Tanjung tetap menjalani gaya hidup yang bersahaja. Ia tidak pamer kekayaan, tidak berfoya-foya, dan tetap dekat dengan masyarakat kecil. Hal ini membuatnya disegani bukan hanya sebagai pengusaha, tetapi juga sebagai pribadi. Ia lebih memilih bekerja daripada tampil di media sosial atau berita hiburan. Bahkan dalam banyak wawancara, Chairul selalu menyampaikan bahwa kesuksesan bukan untuk dipamerkan, tapi untuk digunakan sebagai alat membawa perubahan yang lebih baik.


    Chairul Tanjung bukan hanya simbol kesuksesan, tetapi juga teladan tentang bagaimana membangun mimpi dari nol, melangkah dengan tekad kuat, dan menanamkan nilai-nilai sosial di setiap langkah usaha. Bagi saya pribadi, kisah hidup Chairul Tanjung mengajarkan bahwa kesederhanaan bukan hambatan untuk menjadi luar biasa. Bahwa keterbatasan justru bisa menjadi alasan untuk melompat lebih tinggi, asalkan kita tidak pernah menyerah. Semoga kisah inspiratif Chairul Tanjung ini bisa menjadi penyemangat bagi kamu yang sedang merintis bisnis, bermimpi besar, atau tengah jatuh dan ingin bangkit kembali. Ingatlah selalu bahwa bahkan “anak singkong” pun bisa menjadi raja bisnis—jika dia percaya dan bekerja keras.

Menyingkap Misteri Suku Tengger: Antara Warisan Leluhur, Mitos Mistis, dan Fakta Mengejutkan dari Lereng Bromo

May 18, 2025 0 Comments

 


Suku Tengger adalah salah satu kelompok etnis yang mendiami kawasan pegunungan Bromo, Jawa Timur. Mereka bukan sekadar masyarakat adat biasa, tetapi penjaga budaya yang diwariskan langsung dari zaman Majapahit. Suku ini menarik perhatian banyak kalangan karena keunikan ritual, bahasa, hingga kepercayaan yang masih lestari hingga kini. Namun, di balik eksotisme tersebut, beredar pula berbagai mitos, fakta mengejutkan, bahkan kasus yang sempat menghebohkan publik. Dalam artikel ini, kita akan membedah asal usul suku Tengger, menjelajahi mitos dan realita yang menyelimuti mereka, serta mengupas beberapa kasus yang sempat muncul di permukaan. Artikel ini menggunakan kata kunci SEO seperti "suku Tengger", "Bromo", "adat istiadat Tengger", dan "ritual Yadnya Kasada".


Asal usul Suku Tengger konon berakar dari zaman keemasan Kerajaan Majapahit. Menurut legenda lokal, suku ini merupakan keturunan dari Roro Anteng dan Joko Seger pasangan bangsawan yang lari dari kehancuran Majapahit untuk mencari tempat tinggal baru di kawasan Bromo. Mereka mendirikan pemukiman dan memiliki 25 anak. Namun, kisah ini tak hanya berhenti sebagai legenda. Dalam masyarakat Tengger, nama "Tengger" dipercaya berasal dari gabungan dua nama Anteng dan Seger. Hingga saat ini, masyarakat Tengger masih mengakui hubungan spiritual mereka dengan leluhur Majapahit, dan sebagian adatnya pun mencerminkan budaya Hindu Jawa Kuno.


Yang menarik, bahasa yang digunakan oleh Suku Tengger adalah dialek Jawa Kuno yang berbeda dari masyarakat sekitar. Hal ini memperkuat dugaan bahwa mereka merupakan bagian dari peradaban Majapahit yang “membeku” di ketinggian Bromo. Salah satu keunikan utama Suku Tengger terletak pada sistem kepercayaan mereka. Sebagian besar masih memeluk agama Hindu, tepatnya Hindu Dharma, meskipun tidak sama persis seperti di Bali. Agama ini dipadukan dengan animisme, dinamisme, dan kepercayaan lokal.


1. Ritual Yadnya Kasada

Setiap tahun, masyarakat Tengger mengadakan upacara Kasada di kawah Gunung Bromo. Ritual ini adalah bentuk persembahan kepada Sang Hyang Widhi dan leluhur mereka, khususnya Roro Anteng dan Joko Seger. Masyarakat membawa hasil bumi seperti sayuran, ayam, bahkan sesekali kambing atau uang, lalu melemparkannya ke dalam kawah Bromo.


2. Larangan Perkawinan Campuran

Untuk menjaga kemurnian adat, masyarakat Tengger menerapkan larangan tak tertulis soal perkawinan antar suku. Menikah dengan orang luar bisa berarti pengasingan atau kehilangan hak-hak adat.


3. Peran Dukun dan Pemangku

Dukun atau pemangku memiliki posisi penting dalam struktur sosial Suku Tengger. Mereka bukan hanya pemimpin spiritual, tetapi juga penjaga nilai-nilai budaya dan mediator antara manusia dan roh leluhur.


Beberapa Mitos yang Berkembang di Kalangan Suku Tengger antara lain :

1. Larangan Melanggar Kawasan Sakral

Gunung Bromo dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa. Oleh karena itu, ada kawasan tertentu yang dianggap sakral dan tidak boleh dimasuki sembarangan. Konon, mereka yang melanggar akan mendapatkan "kutukan" berupa kesialan atau kematian mendadak.


2. Anak Ke-26 sebagai Korban

Dalam legenda Roro Anteng dan Joko Seger, anak ke-26 harus dikorbankan ke kawah Bromo sebagai bentuk perjanjian dengan para dewa. Meski kini ritual itu sudah digantikan oleh simbolisasi dengan sesajen, mitos ini masih dipercaya oleh sebagian warga.


3. Asap Bromo Sebagai Tanda Amarah Dewa

Jika asap Gunung Bromo terlihat pekat dan berbau tajam, masyarakat percaya bahwa ada pelanggaran besar terhadap adat atau perintah para leluhur.


Meski hidup dalam adat, masyarakat Tengger tidak anti terhadap pendidikan. Banyak generasi muda Tengger yang kini menempuh pendidikan tinggi, bahkan bekerja di luar daerah. Namun, mereka tetap menjaga adat saat kembali ke kampung halaman. Suku Tengger hidup dari hasil pertanian sayur mayur. Menariknya, sebagian besar hasil tani mereka organik dan bebas pestisida kimia, menjadikan kawasan ini sebagai penyedia sayur sehat utama di Jawa Timur. Keindahan Gunung Bromo menjadikan kampung-kampung Suku Tengger sebagai destinasi wisata. Banyak warga kini membuka homestay, menjual kerajinan tangan, hingga menjadi pemandu wisata.


Kasus yang Pernah Muncul Ketegangan Adat dan Modernisasi. Dimana  Beberapa tahun lalu, sempat terjadi ketegangan antara investor dan masyarakat Tengger terkait pembangunan hotel berbintang di kawasan adat. Warga menolak pembangunan tersebut karena dinilai melanggar zona sakral dan mengancam ekosistem lokal. Kasus lainnya terdapat beberapa kasus anak muda Tengger yang jatuh cinta pada pendatang. Meskipun cinta tidak bisa dibendung, mereka harus memilih keluar dari adat atau melepas cintanya. Kisah ini kerap menjadi konflik batin di generasi muda Tengger. Beberapa pegiat budaya mengecam komersialisasi ritual Yadnya Kasada yang kini banyak dijadikan atraksi wisata. Hal ini dikhawatirkan akan menghilangkan makna spiritual di balik ritual sakral tersebut.


Suku Tengger bukan hanya tinggal di lereng Bromo, mereka adalah warisan sejarah yang hidup. Dari darah Majapahit yang mengalir dalam nadi mereka, hingga ritual-ritual yang tetap dijaga meski zaman terus berubah, Tengger adalah pelajaran hidup tentang bagaimana tradisi dan modernisasi bisa berjalan berdampingan, asal ada niat dan rasa hormat. Sebagai penulis sekaligus pribadi yang mencintai keberagaman budaya Indonesia, saya merasa Suku Tengger adalah bukti nyata bahwa identitas bangsa tak hanya terletak pada gedung-gedung tinggi atau teknologi mutakhir, tetapi pada adat dan nilai yang tetap dipegang teguh. Semoga kita semua bisa belajar menjaga akar kita sendiri, seperti halnya Suku Tengger menjaga Bromo dan adatnya, seiring waktu yang terus bergulir.